Assalamualaikum warokhmatullahi wabarokaatu.
hai ukhty dan akhy. :)
gimana kabar kalian hari ini? kali ini KIFS akan membahas mengenai "Perdamaian International" menurut pandangan islam.
Sebulan lalu, dunia
terguncang oleh derita seorang anak bernama Omran Daqneesh. Bocah lima tahun
asal Aleppo Suriah yang tertimbun puing-puing bagunan sisa ledakan akibat
keganasan ambisi manusia yang memborbardir kampung halamannya. Meski wajahnya
penuh darah, ia bernasib lebih beruntung dibanding Aylan Kurdi, bocah
menggemaskan yang tergeletak tak bernyawa di pesisir Pantai Turki. Kedua bocah
ini mewakili bagaimana penderitaan bocah-bocah lainnya di Palestina, Suriah,
dan negara-negara timur tengah lain yang kehilangan kebahagiaan karena tanah
kelahirannya sedang dilanda krisis kemanusiaan. Sulit bagi mereka untuk bisa
bermain dengan ceria layaknya anak normal pada umumnya. Setiap langkahnya penuh
khawatir akan ledakan rudal yang seketika saja jatuh di hadapan mereka. Anehnya,
apakah dunia paham penderitaan yang mereka rasakan saat ini?
21 September menjadi
peringatan hari perdamaian Internasional. Hari yang disebut-sebut sebagai ajang
untuk menggelorakan kata “damai” ke seluruh penjuru semesta ini. Pertama kali
hari perdamaian Internasional diperingati tahun 1982, berarti sekitar 34 tahun
peringatan itu sudah berlalu di setiap tahunnya. Entah 34 tahun penuh makna
atau hanya menjadi seremonial belaka. Silakan tanyakan pada hati masing-masing.
Dunia belum damai. Kita
bisa katakan itu sebagai fakta. Mengingat perang hingga hari ini masih terus
terjadi. Rasa damai belum dapat dirasakan secara penuh oleh setiap manusia. Di
Burma, timur tengah, India, kekerasan berlatar belakang agama masih terus
terjadi. Diskriminasi mungkin sudah menjadi hal mengasyikkan bagi mereka yang
punya kekuasaan. Sangat disayangkan mengingat manusia diciptakan dengan rasa
kasih dan sayang untuk menghargai sesama makhluk ciptaan-Nya, namun ambisi
menggelapkan itu semua.
Islam hadir bukan
sebagai ancaman melainkan sebagai cahaya bagi alam semesta. Ajarannya
mengandung kebenaran yang menyelamatkan manusia dari kehancuran. Islam menjadi
penyelamat dengan usahanya yang menciptakan perdamaian sehingga setiap umat
manusia dan seluruh makhluk Allah dapat hidup bersama dengan nyaman dan
sejahtera. Persamaan derajat diantara manusia merupakan suatu hal yang
ditekankan dalam Islam. Tidak ada perbedaan antara satu golongan dengan
golongan lain, semua memiliki hak yang sama. Perbedaan yang ada bukanlah suatu
ancaman bagi Islam, melainkan untuk dapat saling mengenal dan memahami
persatuan. Allah berfirman:
“Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptkan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal. (QS Al-Hujurat: 13). Kemudian Rasulullah bersadbda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada
bentuk kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kalian.” (HR.
Muslim).
Jadi, yang membedakan derajat seorang manusia bukanlah harta,
kekuasaan, atau suku, melainkan melainkan apa yang ada dihatinya, yakni
ketakwaan. Dan yang paling bertakwa ialah yang paling mulia.
Aksi terorisme yang
sering terjadi selalu dikaitkan dengan Islam. Lantas kemudian dunia mendakwa
Islam sebagai agama permusuhan. Padahal rasanya terlalu naïf apabila aksi-aksi
terorisme itu dikaitkan dengan Islam. Karena pada dasaranya, yang Islam ajarkan
hanyalah kasih sayang bukan kekerasan. Perlu diingat juga bahwa perdamaian
adalah suatu anugerah yang harus dipertahankan oleh umat Islam. Sesuai sabda
Rasulullah: “Sesungguhnya Allah
menjadikan perdamaian sebagai tanda penghormatan bagi umat kami dan keamanan
bagi ahli Dzimmah kami.” Selamat hari perdamaian Internasional, terbarkan
cinta untuk sesama. Rayakan bersama dengan mulai memahami makna perdamaian
dengan senantiasa mengelola hati dari ambisi.
Semarang, 21 September 2016
Penulis : Aziz Darmanto